Tinjauan Umum Obesitas
1. Pengertian Obesitas
Obesitas didefenisikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Obesitas muncul sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk kedalam tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan, berat badan akan bertambah, dan sebagian besar kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai lemak. Oleh karena itu kelebihan adiposit (obesitas) disebabkan masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori yang masuk ketubuh kira-kira 1 gram lemak akan disimpan.
Lemak disimpan terutama di adiposit terutama pada jaringan subkutan dan pada rongga intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan lainnya sering menimbung cukup lemak pada obese.
Sebelumnya diyakini jumlah adiposit dapat bertambah selama masa balita dan kanak-kanak dan bahwa kelebihan masukan energi pada anak dapat menimbulkan obesitas hiperplastik, yang ditandai sedikit peningkatan jumlah adiposit dan hanya terjadi sedikit peningkatan ukuran adiposit. Sebaliknya, obesitas pada orang dewasa diyakini timbul sebagai akibat peningkatan ukuran adiposit yang menimbulkan obesitas hipertrofik. Akan tetapi, beberapa penelitian terkini menunjukkan bahwa adiposit yang baru dapat berkembang dari fibriblas yang mirip dengan prediposit disegala usia, dan perkembangan obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan peningkatan kuruannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposit sebanyak empat kali normal dan setiap adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus.
Begitu seseorang menjadi obese dan berat badannya stabil, masukan energi sekali lagi akan seimbang dengan pegeluaran energi. Agar seseorang dapat mengurangi berat badannya, masukan energi harus lebih kecil dari pengeluaran energy (Guyton C. A,dkk, 2012).
2. Faktor terjadinya Obesitas
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor :
a. Faktor Genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Sering kali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik.
b. Faktor Lingkungan
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dia makan dan beberapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia mengubah pola makan dan aktivitasnya.
Faktor lingkungan dipengaruhi oleh aktivitas dan pola makan orangtua anak, misalnya pola makan bapak dan ibunya tidak teratur menurun pada anak, karena dilingkungan itu tidak menyediakan makanan yang tinggi energi, bahkan aktivitas dalam keluarga juga tidak mendukung.
c.Faktor Psikososial
Apa yang ada didalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas, yaitu makan dalam jumlah yang sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (Sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Sebagai akibatnya, kalori yang konsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari adalah berkurangnya nafsu makan dipagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.
d. Faktor Kesehatan
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, di antaranya :
a) Hiptiroidisme
b) Sindroma Cuhing
c) Sindroma prader-Willi
d) Beberapa kelainan syaraf yang dapat menyebabkan seseorang banyak makan.
e. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu (misalnya steroid dan beberapa antidepresi) dapat menyebabkan penambahan berat badan.
f. Faktor Perkembangan
Penambahan ukuran atau jumalah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, biasa memiliki sel lemak sampai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak didalam setiap sel.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas ditengah masyarakat makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkomsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang akan menglami obesitas (Andriani M,dkk, 2012).
3. Epidemiolgi Obesitas
Angka kejadian obesitas meningkat diseluruh dunia. Menurut International Obesity Task Force (IOTF,2009) diseluruh dunia diperkirakan 300 juta penduduk yang menderita obesitas. Prevalensi obesitas diperkirakan akan terus meningkat, baik dinegara maju maupun dinegara berkembang. Di Indonesia, berdasarkan penelitian multisenter di 10 kota besar di Indonesia, didapatkan prevalensi obesitas pada anak usia sekolah dasar (SD) sekitar 12% (sjarif,2011). Hasil penelitian di Denpasar terhadap 1.305 siswa SD didapatkan 211 (16,1%) anak yang menderita obesitas (Hartini K, 2013), lebih tinggi dari angka yang didapatkan oleh Dewi, 2008 sebesar 9,7%. Perbedaan angka ini mungkin karena defenisi obesitas yang digunakan yang berbeda, atau memang ada kecenderungan prevalensi obesitas yang meningkat (Soetjiningsih,dkk, 2014).
4. Etiologi obesitas
Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan dengan gaya hidup cenderung sedentary atau kurang gerak dan pola makan dengan makanan enak yang tinggi kalori dan lemak. Kelebihan asupan energi disimpan dalam jaringan lemak.
Overweight atau obesitas dapat dimulai pada usia berapapun. Beberapa periode usia menunjukkan kemungkinan yang besar terhadap terjadinya overweigth dan obesitas. Overweight atau obesitas sejak usia belia cenderung lebih berat dan beresiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa. Karena itu, pencegahan overweigth dan obesitas dimasa anak amat penting. Pada wanita dewasa, kehamilan dan menopause merupaka faktor yang dapat memicu terjadinya obesitas.
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan, dan fungsi lainnya. Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas, yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan dimalam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya di picu oleh stres dan kekecewaan.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang akan mengalami obesitas.
Obesitas pada anak disebabkan oleh masukan makanannya yang berlebih. Selain itu, pada waktu lahir anak tidak dibiasakan mengonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi dibiasakan pakai susu formula dalam botol, padahal anak yang diberi ASI biasanya asupan ASI-nya sesuaI ketentuan berat badan bayi (Soetjiningsih,dkk, 2014).
5. Kalsifikasi Obesitas
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya normal dianggap mengalami obesitas. Jika kelebihan mencapai sekitar 100% disebut superobese, sedangkan obesitas yang telah menimbulkan kelainan, keluhan, atau gejala penyakit disebut morbidly obese. Seseorang yang kegemukan sudah pasti kelebihan berat badan, tetapi orang yang kelebihan berat badan belum tentu kegemukan.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok :
a) Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%.
b) Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
c) Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%
Obesitas secara klinis dinyatakan dalam bentuk indeks massa tubuh (IMT) > 30 kg/m2. Wanita dikatakan obese bila lemak tubuhnya lebih dari 27% berat badan, sedangkan laki-laki disebut obese bila lemak tubuhnya lebih dari 25% berat badannya.
Ukuran yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang menderita Overweight atau obesitas adalah berdasarkan berat badan dan tinggi badan, yaitu menggunakan suatu indeks berdasarkan berat badan dalam kilogram dibagi tinggi dalam meter pangkat dua, yang disebut indeks massa tubuh (IMT). Tahun 2000 WHO telah membuat klasifikasi IMT yang dianggap cocok untuk orang Asia (Andriani M, 2012).
baca juga : tinjauan umum tentang lipid
baca juga : tinjauan umum tentang lipid
Comments
Post a Comment